silahkan yang mau download juz ke 30 (amma)

tv online

Minggu, Agustus 09, 2009

ASKEP TB paru (tuberkulosis paru)

ASUHAN KEPERAWATAN TUBERKULOSIS PARU (TB PARU)
A. Pengertian

Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Kuman batang tanhan asam ini dapat merupakan organisme patogen maupun saprofit. Ada beberapa mikrobakteria patogen , tettapi hanya strain bovin dan human yang patogenik terhadap manusia. Basil tuberkel ini berukuran 0,3 x 2 sampai 4 μm, ukuran ini lebih kecil dari satu sel darah merah.
B. Etiologi
Penyebabnya adalah kuman microorganisme yaitu mycobacterium tuberkulosis dengan ukuran panjang 1 – 4 um dan tebal 1,3 – 0,6 um, termasuk golongan bakteri aerob gram positif serta tahan asam atau basil tahan asam.
C. Patofisiologi
Penularan terjadi karena kuman dibatukan atau dibersinkan keluar menjadi droflet nuklei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1 – 2 jam, tergantung ada atau tidaknya sinar ultra violet. dan ventilasi yang baik dan kelembaban.
Dalam suasana yang gelap dan lembab kuman dapat bertahan sampai berhari – hari bahkan berbulan, bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang yang sehat akan menempel pada alveoli kemudian partikel ini akan berkembang bisa sampai puncak apeks paru sebelah kanan atau kiri dan dapat pula keduanya dengan melewati pembuluh linfe, basil berpindah kebagian paru – paru yang lain atau jaringan tubuh yang lain.
Setelah itu infeksi akan menyebar melalui sirkulasi, yang pertama terangsang adalah limfokinase, yaitu akan dibentuk lebih banyak untuk merangsang macrofage, berkurang tidaknya jumlah kuman tergantung pada jumlah macrofage. Karena fungsinya adalah membunuh kuman / basil apabila proses ini berhasil & macrofage lebih banyak maka klien akan sembuh dan daya tahan tubuhnya akan meningkat.

Tetapi apabila kekebalan tubuhnya menurun maka kuman tadi akan bersarang didalam jaringan paru-paru dengan membentuk tuberkel (biji – biji kecil sebesar kepala jarum).
Tuberkel lama kelamaan akan bertambah besar dan bergabung menjadi satu dan lama-lama timbul perkejuan ditempat tersebut.apabila jaringan yang nekrosis dikeluarkan saat penderita batuk yang menyebabkan pembuluh darah pecah, maka klien akan batuk darah (hemaptoe).

D. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala pada klien secara obyektif adalah :
a Keadaan postur tubuh klien yang tampak etrangkat kedua bahunya.
b BB klien biasanya menurun; agak kurus.
c Demam, dengan suhu tubuh bisa mencapai 40 – 41° C.
d Batu lama, > 1 bulan atau adanya batuk kronis.
e Batuk yang kadang disertai hemaptoe.
f Sesak nafas.
g Nyeri dada.
h Malaise, (anorexia, nafsu makan menurun, sakit kepala, nyeri otot, berkeringat pada malam hari).

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Kultur sputum : positif untuk mycobakterium pada tahap akhir penyakit.
2. Ziehl Neelsen : (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan darah) positif untuk basil asam cepat.
3. Test kulit : (PPD, Mantoux, potongan vollmer) ; reaksi positif (area durasi 10 mm) terjadi 48 – 72 jam setelah injeksi intra dermal. Antigen menunjukan infeksi masa lalu dan adanya anti body tetapi tidak secara berarti menunjukan penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang secara klinik sakit berarti bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau infeksi disebabkan oleh mycobacterium yang berbeda.
4. Elisa / Western Blot : dapat menyatakan adanya HIV.
5. Foto thorax ; dapat menunjukan infiltrsi lesi awal pada area paru atas, simpanan kalsium lesi sembuh primer atau efusi cairan, perubahan menunjukan lebih luas TB dapat masuk rongga area fibrosa.
6. Histologi atau kultur jaringan ( termasuk pembersihan gaster ; urien dan cairan serebrospinal, biopsi kulit ) positif untuk mycobakterium tubrerkulosis.
7. Biopsi jarum pada jarinagn paru ; positif untuk granula TB ; adanya sel raksasa menunjukan nekrosis.
8. Elektrosit, dapat tidak normal tergantung lokasi dan bertanya infeksi ; ex Hyponaremia, karena retensi air tidak normal, didapat pada TB paru luas. GDA dapat tidak normal tergantung lokasi, berat dan kerusakan sisa pada paru.
9. Pemeriksaan fungsi pada paru ; penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang mati, peningkatan rasio udara resido dan kapasitas paru total dan penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi parenkhim / fibrosis, kehilangan jaringan paru dan penyakit pleural (TB paru kronis luas).


F. Penatalaksanaan
Dalam pengobatan TB paru dibagi 2 bagian :
1. Jangka pendek.
Dengan tata cara pengobatan : setiap hari dengan jangka waktu 1 – 3 bulan.
a Streptomisin inj 750 mg.
b Pas 10 mg.
c Ethambutol 1000 mg.
d Isoniazid 400 mg
2. Kemudian dilanjutkan dengan jangka panjang, tata cara pengobatannya adalah setiap 2 x seminggu, selama 13 – 18 bulan, tetapi setelah perkembangan pengobatan ditemukan terapi.
Therapi TB paru dapat dilakukan dengan minum obat saja, obat yang diberikan dengan jenis :
a INH.
b Rifampicin.
c Ethambutol.
Dengan fase selama 2 x seminggu, dengan lama pengobatan kesembuhan menjadi 6-9 bulan.
Bila menggunakan obat program TB paru kombipack bila ditemukan dalam pemeriksan sputum BTA ( + ) dengan kombinasi obat :
a Rifampicin.
b Isoniazid (INH).
c Ethambutol.
d Pyridoxin (B6).



ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TUBERKULOSIS PARU
(TB PARU)
A. Pengkajian
1. Aktivitas / istirahat.
Gejala :
a Kelelahan umum dan kelemahan.
b Nafas pendek karena bekerja.
c Kesulitan tidur pada malam atau demam pada malam hari, menggigil dan atau berkeringat.
d Mimpi buruk.
Tanda :
a Takhikardi, tachipnoe, / dispnoe pada kerja.
b Kelelahan otot, nyeri dan sesak (pada tahap lanjut).
2. Integritas Ego.
Gejala :
a Adanya faktor stres lama.
b Masalah keuanagan, rumah.
c Perasaan tak berdaya / tak ada harapan.
d Populasi budaya.
Tanda :
a Menyangkal. (khususnya selama tahap dini).
b Ancietas, ketakutan, mudah tersinggung.
3. Makanan / cairan.
Gejala :
a Anorexia.
b Tidak dapat mencerna makanan.
c Penurunan BB.
Tanda :
a Turgor kulit buruk.
b Kehilangan lemak subkutan pada otot.



4. Nyeri / kenyamanan.
Gejala :
a Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
Tanda :
b Berhati-hati pada area yang sakit.
c Perilaku distraksi, gelisah.
5. Pernafasan.
Gejala :
a Batuk produktif atau tidak produktif.
b Nafas pendek.
c Riwayat tuberkulosis / terpajan pada individu terinjeksi.
Tanda :
a Peningkatan frekuensi nafas.
b Pengembangan pernafasan tak simetris.
c Perkusi dan penurunan fremitus vokal, bunyi nafas menurun tak secara bilateral atau unilateral (effusi pleura / pneomothorax) bunyi nafas tubuler dan / atau bisikan pektoral diatas lesi luas, krekels tercatat diatas apeks paru selam inspirasi cepat setelah batuk pendek (krekels – posttusic).
d Karakteristik sputum ; hijau purulen, mukoid kuning atau bercampur darah.
e Deviasi trakeal ( penyebaran bronkogenik ).
f Tak perhatian, mudah terangsang yang nyata, perubahan mental ( tahap lanjut ).
6. Keamanan.
Gejala :
a Adanya kondisi penekana imun, contoh ; AIDS, kanker, tes HIV positif (+)
Tanda :
a Demam rendah atau sakit panas akut.



7. Interaksi sosial.
Gejala :
a. Perasaan isolasi / penolakan karena penyakit menular.
b. Perubahan pola biasa dalam tangguang jaawab / perubahan kapasitas fisik untuk melaksankan peran.

8. Penyuluhan / pembelajaran.
Gejala :

a. Riwayat keluarga TB.
b. Ketidakmampuan umum / status kesehatan buruk.
c. Gagal untuk membaik / kambuhnya TB.
d. Tidak berpartisipasi dalam therapy.


B. Diagnosa keperawatan Yang Muncul
1. Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan sekresi yang kental/darah.
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran alveolar-kapiler
3. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan produksi spuntum/batuk, dyspnea atau anoreksia
4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan kerusakan jaringan malnutrisi.
5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, terapi dan pencegahan berhubungan dengan infornmasi kurang / tidak akurat.







C. Intervensi
NO DIAGNOSA TUJUAN/KRITERIA INTEVENSI
1. Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan sekresi yang kental/darah.
Tujuan : Kebersihan jalan napas efektif.
Kriteria hasil :
a. Mencari posisi yang nyaman yang memudahkan peningkatan pertukaran udara.
b. Mendemontrasikan batuk efektif.
c. Menyatakan strategi untuk menurunkan kekentalan sekresi. 1) Jelaskan klien tentang kegunaan batuk yang efektif dan mengapa terdapat penumpukan sekret di sal. Pernapasan
2) Ajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk.
3) Napas dalam dan perlahan saat duduk setegak mungkin.
4) Lakukan pernapasan diafragma.
Tahan napas selama 3 – 5 detik kemudian secara perlahan-lahan, keluarkan sebanyak mungkin melalui mulut. Lakukan napas ke dua , tahan dan batukkan dari dada dengan melakukan 2 batuk pendek dan kuat
5) Auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk
6) Ajarkan klien tindakan untuk menurunkan viskositas sekresi mempertahankan hidrasi yang adekuat; meningkatkan masukan cairan 1000 sampai 1500 cc/hari bila tidak kontraindikasi
7) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain : Dengan dokter : pemberian expectoran, pemberian antibiotika, konsul photo toraks
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran alveolar-kapiler.
Tujuan : Pertukaran gas efektif.
Kriteria hasil
a. Memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektif.
b. Mengalami perbaikan pertukaran gas-gas pada paru.
c. Adaptive mengatasi faktor-faktor penyebab. 1) Berikan posisi yang nyaman, biasanya dengan peninggian kepala tempat tidur. Balik ke sisi yang sakit.
2) Dorong klien untuk duduk sebanyak m
3) Observasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea atau perubahan tanda-tanda vital.
ungkin
4) Jelaskan pada klien bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk menjamin keamanan.
5) Pertahankan perilaku tenang, bantu pasien untuk kontrol diri dengan menggunakan pernapasan lebih lambat dan dalam.
6) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain : Dengan dokter : pemberian antibiotika, pemeriksaan sputum dan kultur sputum, konsul photo toraks.

3. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan produksi spuntum/batuk, dyspnea atau anoreksia
Tujuan : Kebutuhan nutrisi adekuat
Kriteria hasil :
1. Menyebutkan makanan mana yang tinggi protein dan kalori
2. Menu makanan yang disajikan habis
3. Peningkatan berat badan tanpa peningkatan edema 1. Diskusikan penyebab anoreksia, dispnea dan mual.
2. Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan.
3. Tawarkan makan sedikit tapi sering (enam kali sehari plus tambahan).
4. Pembatasan cairan pada makanan dan menghindari cairan 1 jam sebelum dan
5. Atur makanan dengan protein/kalori tinggi yang disajikan pada waktu klien merasa paling suka untuk memakannya.
sesudah makan.
6. Jelaskan kebutuhan peningkatan masukan makanan tinggi elemen berikut
a Vitamin B12 (telur, daging ayam, kerang).
b Asam folat (sayur berdaun hijau, kacang-kacangan, daging).
c Thiamine (kacang-kacang, buncis, oranges).
d Zat besi (jeroan, buah yang dikeringkan, sayuran hijau, kacang segar).
e Konsul dengan dokter/shli gizi bila klien tidak mengkonsumsi nutrien yang cukup

4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan kerusakan jaringan malnutrisi Tujuan :
1. Klien dapat mengidentifikasi cara untuk mencegah /menurunkan resiko penyebaran infeksi
2. Klien dapat melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan pertahana tubuh 1. Kaji patologi penyakit dan potensial penyebaran infeksi melalui droplet infeksi selama batuk bersin meludah
2. Anjurkan klien paada saat meludah harus menutup mulut dengan sapu tangan atau tissue
3. Kaji tindakan control infeksi sementara
4. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian theraphi anti infeksi
5. kolaborasi petugas gizi untuk pemberian diet TKTP
6.
5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, terapi dan pencegahan berhubungan dengan infornmasi kurang / tidak akurat.
Tujuan :
1. Klien menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan kebutuhan pengobatan
2. Klien melakukan perubahan pola hidup

1. Kaji kemampuan klien untuk belajar dan kemampuan pemahaman klien
2. Tekankan pentingnya mempertahankan pemasukan protein tinggi dan pemasukan cairan yang adekuat
3. Jelaskan dosis obat frekuensi pemberian dan alasan lama pengobatan
4. anjurkan klien untuk bertanya kepada perawat tentang hal yang belu diketahui
5. anjurkan keluarga klien untuk terlibat langsung pada proses pengobatan pasca perawatan di rumah sakit
6. motuvasi klien untuk terus periksa sebulum masa penobatan berakhir









DAFTAR PUSTAKA

Doenges. E. Marylin. 1992.Nursing Care Plan. EGC. Jakarta.
Pearce. C. Evelyn. 1990.Anatomi dan Fisiologi untuk paramedis. Jakarta.

Tidak ada komentar: